Belajar bekerja dan kebanggaan

Karanganyar, 27 Juli 2023. 

Belajar dalam proses pekerjaan rupanya termasuk hal sulit untuk ditanamkan dalam situasi kehidupan social sekarang ini. Sudut pandang sederhana dan lebih abstraktif membuat menjadikan aktifitas pekerjaan sebagai rutinitas semata, menjadi sebuah aktifitas yang berujung pada upah.

 Pribadi yang menempatkan pemaknaan aktifitas kerja menjadi sebuah pembelajaran persentasenya sangat kecil, bukanya tidak ada ,hanya saja jumlahnya lebih sedikit.

 


Kisaran tahun 2018 saya bertemu seseorang gadis muda sebut saja namanya "Bunga" , raut kekanak kanakannya masih begitu kuat di wajahnya. Ijazah yang saya pegang menunjukan ia baru saja menyelesaikan pendidikannya di Madrasah Tsanawiyah sekolah setara SLTP. Ekspresi kepolosannya dalam menjawab pertanyaan pertanyaan standart interview pekerjaan cukup memberikan kesimpulan bahwa gadis ini polos. Tanpa ketrampilan dan pengalaman mendaftar ke sebuah perusahaan garment rupanya menjadi ajang ujicoba keperuntungan untuk pertama kali, karena usianya pun waktu itu masih kurang dari 18th.  

Motivasi kerja hanya untuk punya uang.

Si gadis kecil ini lebih tua beberapa tahun dari anak gadisku dirumah, namun karena situasi ekonomi keluarganya atau karena budaya lingkunganya saya sendiri masih belum bisa menyimpulkan kenapa situasi  membawanya ke dunia industri yang keras. Beberapa pertanyaan kulontarkan dalam sesi diskusi kami waktu itu, bahkan itu merubah moment interview kerja itu menjadi obrolan menarik diantara kami berdua, ada hal yang menarik dalam pola berpikir gadis kecil ini yang menggelitik untuk menguliknya lebih dalam. 

Lahir menjadi anak terakhir dari dua bersaudara dari keluarga yang berkecukupan menurut saya tidak membatasi untuk bisa melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi seperti kakak laki lakinya yang berhasil menyelesaikan pendidikan di kejuruan teknik otomotive. Tapi tidak, gadis ini memilih tidak melanjutkan pendidikannya. Ia memilih melamar pekerjaan disebuah perusahaan Garment. 

Tanpa pengalaman dan pengetahuan sedikitpun tentang dunia kerja apalagi khususnya Garment, Bunga mengikuti tetanggganya melamar pekerjaan. Usia yang masih remaja bahkan belum bisa masuk dalam usia dewasa (18th) sebuah amplop coklat dibawanya ke perusahaan, niatanya yaitu  dengan tujuan ingin memiliki uang sendiri, ingin mandiri secara financial. Baginya dengan memiliki uang dia dapat menentukan jalan hidupnya sendiri, ini rupanya seperti sebuah standart yang ingin dimiliki remaja remaja sekarang ini.

Memiliki pekerjaan syarat dianggap dewasa.

Memiliki sebuah pekerjaan, memiliki pendapatan memberi penghargaan diri bagi gadis kecil ini. Rupanya beberapa orang disekitarnya (circlenya) menghargai dirinya sebagai seorang dewasa saat dirinya memiliki penghasilan. Kemampuan untuk bisa memenuhi kebutuhan pribadinya secara mandiri adalah ukuran sebuah kedewasaan dari sudut pandang financial.  Hal ini sudah wajar dikalangan masyarakat kita bila seseorang sudah mampu menopang kebutuhan pribadinya maka kecenderungan orang akan memandangnya layak disebut dewasa, walaupun kedewasaan dalam pengelolaan pengeluaran dan pendapatan belum terbentuk.

Menjadi sebuah kebanggaan bagi seorang remaja ketika beranjak dewasa sudah memiliki penghasilan dan mampu membeli barang barang impiannya. Handphone, ya itulah salah satu barang yang disebutkannya saat kutanyakan beberapa hal yang akan dia beli saat mendapat gaji hasil keringatnya. kemudian baju dan pakaian tetntunya, demi menggikuti gaya fashion teman temannya. dan skincare. 

Bekerja untuk harga diri.

Bidang pekerjaan tidak menjadi penting lagi bagi gadis berambut lurus ini karena yang diincarnya bukanlah lagi menjadi apa, akan tetapi bagaimana caranya memiliki pekerjaan dan penghasilan. Disisi lain gadis kecil ini seperti memendam sebuah ambisi untuk membuktikan sesuatu, mencari sebuah titik dimana dia ingin diakui dan dihargai. Seperti ingin menunjukan bahwa dirinya ada dan mampu melakukan sesuatu. 

Bekerja untuk membahagiakan orang tua.

Dengan berbekal selembar kertas ijazah tanpa bekal kemampuan dan pengalaman apapun, pekerjaan apapun siap diterimanya.  Setelah sederet idealisme seorang remaja yang sedang beranjak dewasa itu ternyata masih menyisakan sebuah nilai kebaikan yang mulia dan wajib untuk di suport. Keinginan untuk membahagiakan orang tuanya dengan menjadi pribadi yang mandiri dan tidak membebani kedua orang tuanya rupanya menjadi alasan yang sayangnya agak tersimpan dibalik semua keinginan dan alasan alasan yang sebelumnya dipaparkannya. 

Sebegitu kuat keinginan anak ini untuk mewujudkannya yaitu membahagiakan orang tuannya bahkan sebelum dirinya datang membawa berkas ke perusahaan garment ini, beberapa waktu dirinya sempat menjadi pemandu lagu di sebuah cafe. 

Pada titik ini, dalam diri saya bertanya apa yang kurang tepat dalam tatanan pendidikan kita hingga anak remaja ini bisa melangkah sejauh ini.